Konsep Manusia Menurut Islam

foto by Cevi Abdul Gopur


MAKALAH

KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM

Psikologi Dakwah

Dosen Pengampuh : Siti Halimatus Sa’diyyah, S. Kom. I., M. Pd


Disusun Oleh :

Hajar Az- Zahra (A2201404)

Ulil Khumairoh (A2201405)

Khofifah Afiaturrahmi (A2201409)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI) 2024/2025



BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Islam memandang manusia sebagai makhluk yang istimewa dengan kedudukan yang tinggi di hadapan Allah SWT. Konsep manusia dalam Islam mencakup hakikat manusia, struktur kepribadian manusia yang melibatkan unsur nafs, serta aspek positif dan negatif dalam diri manusia. Pemahaman mengenai hakikat manusia ini penting karena memberikan panduan tentang bagaimana manusia harus menjalani hidupnya sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Dalam makalah ini, akan dibahas tiga poin utama: hakikat manusia menurut Islam, kedudukan nafs dalam struktur kepribadian manusia, serta segi positif dan negatif manusia.

B. Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan Masalah

1. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang istimewa dan apa peran nafs dalam struktur kepribadian manusia?

2. Bagaimana Islam menjelaskan sisi positif dan negatif dalam diri manusia,

3. Bagaimana pemahaman tentang hakikat manusia menurut Islam dapat membimbing manusia dalam menjalani kehidupannya?

C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk membahas dan menjelaskan tiga poin utama:

1. Hakikat manusia menurut Islam,

2. Peran nafs dalam struktur kepribadian manusia, serta

3. Segi positif dan negatif dalam diri manusia, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai panduan hidup sesuai dengan tuntunan Allah SWT.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakikat Manusia Menurut Islam

Dalam ajaran Islam, manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dari tanah dan ditiupkan ruh ke dalamnya (QS. Al-Hijr: 28-29). Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki dua dimensi utama: dimensi fisik yang berasal dari tanah dan dimensi spiritual yang berasal dari Allah. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi (QS. Al-Baqarah: 30), yang bermakna bahwa manusia diberikan tanggung jawab untuk mengelola dan menjaga alam semesta sesuai dengan aturan-Nya.

Hakikat manusia juga mencakup aspek keterbatasan dan kelemahan. Manusia diberikan kebebasan memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya. Namun, meskipun memiliki potensi besar, manusia tetap bergantung kepada Allah dalam setiap aspeknya (QS. Al-Furqan: 54). Ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dengan potensi moral dan spiritual yang tinggi, namun juga berpotensi untuk melakukan kesalahan jika tidak mengikuti petunjuk Allah.

2. Kedudukan Nafs dalam Struktur Kepribadian Manusia

Dalam Islam, struktur kepribadian manusia mencakup tiga komponen utama: ruh, akal, dan nafs. Nafs dalam bahasa Arab berarti “diri” atau “jiwa”, dan ia memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Dalam Al-Qur’an, nafs sering dikaitkan dengan hawa nafsu atau keinginan. Namun, nafs tidak selalu negatif, karena tergantung pada pengendalian diri manusia.

Islam membagi nafs ke dalam tiga jenis: 

 a. Nafs Al-Ammarah (jiwa yang cenderung pada keburukan), yaitu bagian dari diri manusia yang mengarahkan pada dorongan-dorongan rendah, seperti syahwat dan kemarahan (QS. Yusuf: 53). 

 b. Nafs Al-Lawwamah (jiwa yang selalu mencela), yaitu jiwa yang menyadari kesalahan dan cenderung menyesali perbuatan buruknya (QS. Al-Qiyamah: 2). 

 c. Nafs Al-Muthmainnah (jiwa yang tenang), yaitu jiwa yang sudah mencapai ketenangan dan kebahagiaan karena selalu berada dalam ketaatan kepada Allah (QS. Al-Fajr: 27-30). 

Kedudukan nafs dalam struktur kepribadian manusia sangat penting karena menentukan bagaimana seseorang bertindak dan bereaksi terhadap berbagai situasi. Nafs yang terlatih dengan baik akan membawa seseorang menuju kebahagiaan dan ketenangan, sementara nafs yang tidak terkendali akan membawa manusia kepada keburukan.

3. Segi Positif dan Negatif Manusia 

Manusia diciptakan dengan potensi positif dan negatif, dan setiap manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya. Dari sisi positif, manusia memiliki kemampuan untuk berbuat kebaikan, beribadah kepada Allah, dan menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi. Manusia dapat mencapai derajat yang tinggi jika ia mengikuti petunjuk Allah dan menahan dirinya dari perbuatan dosa. Dari sisi negatif, manusia juga memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa, mengikuti hawa nafsu, dan melupakan tanggung jawabnya.

Dalam Al-Qur’an, manusia digambarkan sebagai makhluk yang sering lalai dan tidak tahu berterima kasih (QS. Ibrahim: 34), serta memiliki sifat tergesa-gesa (QS. Al-Isra: 11). Namun, meskipun manusia memiliki kelemahan ini, Allah memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk bertobat dan memperbaiki dirinya.

Dengan mengelola segi positif dan negatif dalam diri, manusia diharapkan dapat mencapai keseimbangan dan menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Islam. Pengendalian diri, pengetahuan, dan ibadah merupakan kunci untuk memaksimalkan potensi positif dan meminimalkan potensi negatif dalam diri manusia.


BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Manusia dalam Islam dipandang sebagai makhluk istimewa yang memiliki tanggung jawab besar sebagai khalifah di bumi. Hakikat manusia meliputi aspek fisik dan spiritual, dengan potensi besar untuk mencapai kesempurnaan moral dan spiritual. Nafs memiliki peran penting dalam struktur kepribadian manusia, yang bisa mempengaruhi seseorang ke arah kebaikan atau keburukan. Manusia juga memiliki segi positif dan negatif, yang perlu dikelola dengan baik agar manusia bisa menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Allah dan mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya’ Ulumuddin. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. Quraish Shihab, M. Tafsir Al-Mishbah. Lentera Hati. Nasr, Seyyed Hossein. Islamic Philosophy from Its Origin to the Present. SUNY Press.

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama